islamsih.blogspot.com - Sungguh, hasad, iri, dan dengki adalah penyakit hati yang disebabkan oleh keragu-raguan atau hawa nafsu bukan penyakit fisik.
Oleh karena itu, tidak ada seorang dokter ahli bedah jantung pun yang sanggup menghilangkan penyakit ini dengan peralatan bedahnya.
Jika seseorang terkena penyakit ini, ia akan kehilangan arah, merugi lalu menyesal.
Penyakit hati adalah pintu segala kerusakan, jalan menuju berbagai macam dosa, penyebab utama perpecahan umat dan keretakan rumah tangga.
Sebuah kisah menarik diceritakan oleh seorang dokter di Arab Saudi bernama Dr. dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jabir dalam bukunya, Musyahadat Thabîb Qashash Waqi’iyah.
Mari kita simak ceritanya berikut ini:
Saya mempunyai seorang sahabat yang berusia tiga puluh dua tahun.
Ia mengidap penyakit kanker otak, meskipun telah berobat ke luar negeri, akan tetapi Allah Ta’ala belum menakdirkan kesembuhan untuknya.
Setelah itu, ia dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Bersenjata di Riyadh. Pada bulan-bulan terakhir dari kehidupannya ia tidak sadarkan diri.
Seluruh wajahnya membengkak, khususnya daerah hidung dan kedua matanya. Sehingga, orang-orang yang menjenguknya merasa jijik dan tidak tega untuk memandangnya.
Untuk mengantisipasi jika ia meninggal saat malam hari, maka saya minta kepada rekan-rekan di rumah sakit untuk menghubungi keluarganya.
Kebetulan yang mengangkat telepon adalah ibunya, maka sang ibu merasa kaget.
Saya juga minta kepada pihak rumah sakit untuk menghubungi saya, jika sahabat saya itu sedang menghadapi sakaratul maut.
Pada suatu pagi, tepatnya jam enam, pihak rumah sakit menghubungi saya untuk menyampaikan kabar bahwa sahabat saya sedang menghadapi sakaratul maut.
Mengetahui hal itu, saya segera pergi ke rumah sakit. Setibanya di sana, saya bertanya kepada salah seorang perawat mengenai detak jantungnya,
“Tiga puluh perdetik dan tekanan maksimal tiga puluh lima,” jawab perawat tersebut.
Saya segera memasuki ruang rawatnya dengan penuh takjub.
Bagaimana tidak, wajah yang sebelumnya menakutkan, hidung yang membesar dan mata yang menonjol keluar dari temanku itu telah kembali normal.
Seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa pada dirinya.
Oleh karena itu, tidak ada seorang dokter ahli bedah jantung pun yang sanggup menghilangkan penyakit ini dengan peralatan bedahnya.
Jika seseorang terkena penyakit ini, ia akan kehilangan arah, merugi lalu menyesal.
Penyakit hati adalah pintu segala kerusakan, jalan menuju berbagai macam dosa, penyebab utama perpecahan umat dan keretakan rumah tangga.
Sebuah kisah menarik diceritakan oleh seorang dokter di Arab Saudi bernama Dr. dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jabir dalam bukunya, Musyahadat Thabîb Qashash Waqi’iyah.
Mari kita simak ceritanya berikut ini:
Saya mempunyai seorang sahabat yang berusia tiga puluh dua tahun.
Ia mengidap penyakit kanker otak, meskipun telah berobat ke luar negeri, akan tetapi Allah Ta’ala belum menakdirkan kesembuhan untuknya.
Setelah itu, ia dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Bersenjata di Riyadh. Pada bulan-bulan terakhir dari kehidupannya ia tidak sadarkan diri.
Seluruh wajahnya membengkak, khususnya daerah hidung dan kedua matanya. Sehingga, orang-orang yang menjenguknya merasa jijik dan tidak tega untuk memandangnya.
Untuk mengantisipasi jika ia meninggal saat malam hari, maka saya minta kepada rekan-rekan di rumah sakit untuk menghubungi keluarganya.
Kebetulan yang mengangkat telepon adalah ibunya, maka sang ibu merasa kaget.
Saya juga minta kepada pihak rumah sakit untuk menghubungi saya, jika sahabat saya itu sedang menghadapi sakaratul maut.
Pada suatu pagi, tepatnya jam enam, pihak rumah sakit menghubungi saya untuk menyampaikan kabar bahwa sahabat saya sedang menghadapi sakaratul maut.
Mengetahui hal itu, saya segera pergi ke rumah sakit. Setibanya di sana, saya bertanya kepada salah seorang perawat mengenai detak jantungnya,
“Tiga puluh perdetik dan tekanan maksimal tiga puluh lima,” jawab perawat tersebut.
Saya segera memasuki ruang rawatnya dengan penuh takjub.
Bagaimana tidak, wajah yang sebelumnya menakutkan, hidung yang membesar dan mata yang menonjol keluar dari temanku itu telah kembali normal.
Seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa pada dirinya.
sumber : bersamadakwah.net